Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020
  Kurasakan  karya Gusti Ayu Devita Sari jalan kecil curam dedaunan tersapu angin sementara batang mulai kehilangan durinya kautersandar letih namun aku terdiam demi masa yang tak terbantahkan hujan menghantam bumi dengan sangat deras saat itu aku berada di luar setia seolah-olah mengerti ada membutuhkan merasakan air menghujam perih biarpun aku padamu  
Kau dan Aku karya Gusti Ayu Devita Sari aroma nada milikku lampau kini rimba mematri daun kering semua karena mendung dalam air yang disebabkan permukaan dan lubuk sungai yang keruh aku ke timur kembali ke barat aku ingin permukaan dan lubuk sungai menjelma jadi kilau cahaya namun sungai tidak bisa memberikan jelmaan itu akupun berlalu dengan sumpahan aku menjadi enggan ke barat tak ingin memahat duri di gumpalan merah kecuali pujangga mulia mengirim surat padaku dan sungai mampu memberikan jelmaan sejarum pun tiada jarak engkau dan aku  
Menatap yang Meratap karya Gusti Ayu Devita Sari   redup aku sedari mawar hitam di tumpukan jerami petang di sini kendatipun kumbangmu tak bentuk dan sepi disayat kalbu akan kualunkan pelik sang pendebu menatap aku padamu hingga yang meratap hilang langkah bibirku semu seiring sayap lenyap sebab cadar goreskan tinta emas bagai perisai teriris luka senja di sana tertahan hingga gelap bergemuruh lantaran air berisik aku remuk tanpa bayangan  
  Ibu Waktuku karya Gusti Ayu Devita Sari   senja di sini layaknya mengiris langit tatkala kau genggam darah hingga mata tertahan hatiku berkaca pada air semisal mentari tak kunjung tertawa dan rapuh untuk didengar ibu pada waktuku pagi di sana meringis tangis gelisahku meskipun langkahmu tercetak jalan tenang menang rintang aku berkabut tapi kabutku diam sebab matamu binar ibu pada waktuku   sesampainya aku padamu
  Bintang karya Gusti Ayu Devita Sari   bintang kautelan terang dermaga jingga tatkala mawar malam besit langitmu hingga menjerit   senantiasa kucabik cahaya maya dan gebu menyerbu kalbu karena rembang rembulan bak hampiri cintamani kini baiduri bidadari senyap lenyap oleh getar altar khayalan seakan terelakkan bagai sinar yang silaukan tiap kali nada napasmu berhembus debus aku berjalan pelan dalam kesunyian layaknya terhanyut terkaman mimpi buruk remuk      waktu berlalu tak menentu aku tetap bergerak merangkak tersentak
Hilang karya Gusti Ayu Devita Sari   sekalipun kucerminkan kepiluan tetaplah anginmu mengelam semua musnah di penjemuan batu jingga daun enggan bertanya dan alam mendesahimu hingga samudera jenuhkan gemercik karang kala itu pasirku mengapur bersama senja yang membening di pelabuhan bencimu senantiasa matahari mencibir jantung langit ketika kesejukanmu membeku malu biarlah mutiara kelabu pudarkanku